Minggu, 30 September 2012
Highschool of The Dead [UNC]
Highschool of the Dead is set in the present day 2010 Japan, beginning as the world is struck by a deadly pandemic that turns humans into zombies, euphemistically referred to by the main characters as "Them" (奴ら Yatsu-ra ).
The story follows a group of high school students, the high school's nurse, and a young girl as they fight thdir way to safety through the deadly streets of Japan during a worldwide catastrophic event known as the "Outbreak". As the cast tries to survive the zombie apocalypse, they must also face the additional threats of societal collapse, in the form of dangerous fellow survivors, and the possible decay of their own moral codes.
Mediafire link :
Episode 01 - Spring of the DEAD
Episode 02 - Escape from the DEAD
Episode 03 - Democracy under the DEAD
Episode 04 - Running in the DEAD
Episode 05 - Streets of the DEAD
Episode 06 - In the DEAD of the night
password : amon-fujiwara.blogspot.com
Sabtu, 29 September 2012
Retrograde Pyelography
RPG
1. Pengertian RPG (Retrograde Pyelography)
Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter. Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.
2. Indikasi Pemeriksaan :
1. Pengertian RPG (Retrograde Pyelography)
Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter. Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.
2. Indikasi Pemeriksaan :
- Stricture Uretra
- Batu Uretra
- Uretris Injuri
- Renal Pelvic Neoplasma
- Renal Calculi
- Ureteric Fistule
3. Kontra indikasi pemeriksaan :
- Urethritis :
merupakan kontra indikasi absolute
karena dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinari distal dan
proximal. peradangan yang terjadi akan sulit di obati.
- Stricture Uretra
Merupakan bukan kontra indikasi
absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan
4. Komplikasi yang mungkin terjadi
- Injuri Uretra
penggunaan Cystoscopy dengan ukuran
yang besar dan tidak digunakannya lubricant (jelly) memungkinkan
unjuri terjadi
- Bladder Injuri
bladder injuri ini sangat jarang
terjadi. apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka
perforasi bladder mungkin terjadi
- Paraphimosis
mungkin terjadi pada pasien yang
tidak di circumsis
- Stricture Uretra
tidak digunakannya lubricant (jelly)
yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture kemudian
- Cystitis
jika tidak dilakukan aseptic maka
terjadi peradangan
5. Persiapan pasien
Persiapan pasien pada RPG sama hal nya dengan persiapan BNO - IVP , yaitu :
5. Persiapan pasien
Persiapan pasien pada RPG sama hal nya dengan persiapan BNO - IVP , yaitu :
- Hasil ureum dan creatinin normal
- Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
- 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
- Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
- Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
- Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
- Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
- Penjelasan pada pasien
- Dorongan mental dan emosional
- Penandatanganan Informed consent.
6. Persiapan Alat
dan Bahan
- Pesawat sinar-X
- kontras iodium 20 cc
- Spuit 20 cc
- Needle 19 G
- Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
- Grid atau bucky
- Marker R/L
- Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
- Desinfektan
- Kontras media, urografin
7. Prosedur
Pemeriksaan
Pemasangan
kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan
cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary)
melalui uretra sblm pemeriksaan mulai dilakukan.
a. Lakukan plain foto (Abdomen Polos)
- untuk memastikan letak kateter ( untuk dokter urologis )
- untuk mengetahui ketepatan teknik dan positioning ( untuk radiographer )
b. Lakukan injeksi 3-5 cc
media kontras melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang
diperiksa
- diambil dengan menggunakan film 24 x 30 cm
- kontras media dimasukan kembali ± 5 cc sambil kateter di tarik perlahan, lalu foto menggunakan film 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter
- kontras media dimasukan hingga habis, sambil di tarik diperkirakan kontras habis, foto diambil menggunakan film 30 x 40 cm
8. Proyeksi RPG (Retrograde
Pyelography)
A. Posisi AP
Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan
Posisi
Objek :
- MSP sejajar dengan pertengahan bucky
- Kedua tangan disamping tubuh
Central Ray : Tegak lurus
pada bidang kaset (vertikal)
Central Point : MSP
setinggi crista illiaca
FFD : 100 cm
Catatan :
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.
b. Posisi AP
Oblique
Posisi Pasien : Semisupine
Posisi Obyek :
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.
Central Ray : Tegak lurus kaset
Central Point : 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca
FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Semisupine
Posisi Obyek :
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.
Central Ray : Tegak lurus kaset
Central Point : 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca
FFD : 100 cm
9. Hasil
Gambaran RPG
a. Plain foto
b. Fase 1
c. Fase 2
d. Fase 3
10. Kesimpulan
Retrograde pyelografi merupakan pemeriksaan
radiologi untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dilakukan
jika pemeriksaan sebelumnya mengalami kegagalan atau informasi yang
didapat kurang memadai untuk diagnosis. Persiapan
yang dilakukan untuk pemeriksaan ini mirip seperti pemeriksaan BNO
IVP , namun pada tekniknya kontras media dimasukkan melalui kateter
yang dipasang di penis. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan dibawah
kontrol fluoroskopi , namun apabila pesawat tidak memungkinkan, maka
pemeriksaan dapat dilakukan dengan ekspos film yang cukup banyak
untuk melihat perjalanan kontras media.
Teknik Radiografi Fistulografi Interna
FISTULOGRAFI
INTERNA
1. Pengertian
1. Pengertian
- Fistulografi adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula ( saluran abnormal yang biasanya diantara dua organ.
- Fistulografi Interna adalah pemeriksaan radiografi untuk menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula yang menghubungkan dua organ tubuh bagian dalam
2. Tujuan
pemeriksaan
untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh
3. Indikasi Pemeriksaan
untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh
3. Indikasi Pemeriksaan
- adanya penyakit kronik
- infeksi anatomi post operasi
- carcinoma
- diverticulitis
- cacat bawaan (kelainan kongenital)
4. Kontra
indikasi
- infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat
- alergi pada bahan kontras
5.
Bahan dan Alat yang dibutuhkan
- Spuit 20 cc
- Introducer
- sarung tangan
- kain kasa steril
- ampul bahan
- media kontras
- bengkok
- alcohol atau betadine
- penggaris timbal
6. Persiapan Pasien
- 1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak dan tidak berserat
- malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6 buah
- makan terakhir jam 22.00
- saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen polos)
7. Metode pemasukan
bahan kontras
Metode Saxon Basil Stickland
- persiapkan alat dan bahan
- bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras
- beri marker pada daerah tersebut
- suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan lakukan fluoroscopy
- ambil foto I , foto II dan seterusnya
8. Proyeksi
Pemeriksaan
a. Proyeksi AP
- Ukuran film 24 x 30 cm
- Posisi pasien : pasien supine atau prone di atas meja pemeriksaan
- Posisi Objek : MSP tubuh pasien tepat pada MLT , sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2
- Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
- Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus
b. Proyeksi Lateral
- Ukuran film 24 x 30 cm
- Posisi pasien : pasien di posisikan true lateral atau posisi pasien miring menghadap salah satu sisi
- Posisi Objek : MCP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada kaset setinggi L2, Fleksikan genue pasien supaya pasien nyaman dan posisi pasien true lateral, dan letakkan tangan pasien di depan kepala atau bawah kepala.
- Central Ray : vertikal tegak lurus bidang kaset
- Centra Point : pada L3 setinggi umbilicus
c. Proyeksi Oblique
- Ukuran film 24 x 30 cm
- Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan, lalu posisi tubuh pasien di miringkan sebesar 45 derajat ke salah satu sisi (kiri ataupun kanan)
- Posisi objek : MSP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis, salah satu tubuh pasien diposisikan miring sebesar 45 derajat ( kiri ataupun kanan), dan letakkan tangan pasien di depan kepala
- Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset
- Central Point : pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis
Teknik Radiografi Lopography
1. Pengertian
Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lobang buatan pada daerah abdomen.
2. Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.
3. Persiapan Pasien Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Lopografi adalah untuk membersihkan kolon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran radiograf. Pemeriksaan Lopografi memerlukan beberapa persiapan pasien,yaitu :
-Mengubah pola makanan pasien
-Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras.
-Minum sebanyak-banyaknya,pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
-Pemberian obat pencahar
-Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja.
4. Persiapan Alat dan Bahan
a. Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi :
1. Pesawat x – ray
2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3. Marker
4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5. Vaselin dan jelly
6. Sarung tangan
7. Penjepit atau klem
8. Kain kassa
9. Bengkok
10. Apron
11. Plester
12. Tempat mengaduk media kontras
b. Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon distal.
2. Air hangat untuk membuat larutan barium.
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.
5. Teknik Pemeriksaan
a. Foto polos BNO (Plain foto)
Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal atau belum, seandainya sudah maksimal maka pemeriksaan dapat dilanjutkan, tetapi seandainya persiapan pasien kurang baik ditandai dengan masih banyaknya gambaran feases yang mengganggu radiograf maka pemeriksaan ditunda, selain itu juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor Eksposi bisa optimal.
b. Inform Consent
Setelah dipastikan bahwa pemeriksaan bisa dilanjutkan, maka pasien atau keluarga diharuskan menandatangani surat persetujuan sebagai inform consent yang menyebutkan bahwa pasien tersebut secara tertulis menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan (Lopografi). Ini dapat digunakan sebagai hukum legal yang seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita (radiographer) dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada unsur kesengajaan.
c. Pemasukan Media Kontras
Barium dimasukkan melalui stoma (lubang colon distal) diikuti ngan fluoroskopi sampai mengisi daerah rectum dan dapat ditandai dengan keluarnya kontras melalui anus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior.
d. Proyeksi Radiograf
1). Proyeksi Antero posterior Pasien diposisikan stpine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid.
2). Proyeksi Postero Anterior Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset.
Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan rektum.
3). Proyeksi LPO Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4). Proyeksi RPO Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon asenden.
5). Proyeksi RAO Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiak` dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden.
6). Proyeksi LAO Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak.
7). Proyeksi Lateral Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf.
2. Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.
3. Persiapan Pasien Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Lopografi adalah untuk membersihkan kolon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran radiograf. Pemeriksaan Lopografi memerlukan beberapa persiapan pasien,yaitu :
-Mengubah pola makanan pasien
-Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk menghindari terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras.
-Minum sebanyak-banyaknya,pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
-Pemberian obat pencahar
-Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya sebagai pelengkap saja.
4. Persiapan Alat dan Bahan
a. Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi :
1. Pesawat x – ray
2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3. Marker
4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5. Vaselin dan jelly
6. Sarung tangan
7. Penjepit atau klem
8. Kain kassa
9. Bengkok
10. Apron
11. Plester
12. Tempat mengaduk media kontras
b. Persiapan bahan
1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon distal.
2. Air hangat untuk membuat larutan barium.
3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.
5. Teknik Pemeriksaan
a. Foto polos BNO (Plain foto)
Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal atau belum, seandainya sudah maksimal maka pemeriksaan dapat dilanjutkan, tetapi seandainya persiapan pasien kurang baik ditandai dengan masih banyaknya gambaran feases yang mengganggu radiograf maka pemeriksaan ditunda, selain itu juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor Eksposi bisa optimal.
Gambar foto polos abdomen
b. Inform Consent
Setelah dipastikan bahwa pemeriksaan bisa dilanjutkan, maka pasien atau keluarga diharuskan menandatangani surat persetujuan sebagai inform consent yang menyebutkan bahwa pasien tersebut secara tertulis menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan (Lopografi). Ini dapat digunakan sebagai hukum legal yang seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita (radiographer) dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada unsur kesengajaan.
c. Pemasukan Media Kontras
Barium dimasukkan melalui stoma (lubang colon distal) diikuti ngan fluoroskopi sampai mengisi daerah rectum dan dapat ditandai dengan keluarnya kontras melalui anus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior.
d. Proyeksi Radiograf
1). Proyeksi Antero posterior Pasien diposisikan stpine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid.
2). Proyeksi Postero Anterior Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset.
Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan rektum.
3). Proyeksi LPO Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
4). Proyeksi RPO Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
Kriteria radiograf menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon asenden.
5). Proyeksi RAO Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiak` dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden.
6). Proyeksi LAO Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak.
7). Proyeksi Lateral Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf.
Langganan:
Postingan (Atom)